Sorry, you need to enable JavaScript to visit this website.
Sort by
Sort by

Mengenal Asuransi Cuaca dan Perannya Dalam Mendukung Petani

Asuransi Cuaca Dalam Menghadapi perubahan Iklim
Saat ini, kita tengah menaiki roller coaster cuaca. Kita berteriak panas dan dingin yang naik turun tidak pasti. Inilah masa ketika musim panas semakin panas, musim hujan semakin panjang dan intensitasnya makin lebat. Inilah perubahan iklim, pengendali roller coaster cuaca yang membuat wahana kehidupan semakin rumit.

Semakin hari, kita tidak bisa mengabaikan kenyataan bahwa perubahan iklim telah menjadi kenyataan. Indonesia, negara maritim dengan keanekaragaman alam yang luar biasa, juga merasakan dampak yang masif dan signifikan.

Oleh karena itu, umat manusia harus bergerak melindungi diri sendiri dan lingkungan sekitar, tidak hanya untuk sekarang, tetapi juga untuk masa depan.

Terkait hal itu, salah satu gagasan untuk mengantisipasi dampak dari perubahan iklim adalah konsep weather insurance atau asuransi cuaca. Konsep ini muncul karena semakin banyak orang dan organisasi yang mempertimbangkan untuk melindungi diri dari ketidakpastian akibat perubahan iklim yang terus berkembang.

Asuransi cuaca mengacu pada perlindungan finansial terhadap kerugian atau kerusakan yang timbul karena kondisi cuaca buruk yang dapat diukur. Kondisi tersebut, meliputi angin, hujan/badai petir, kabut, dan suhu yang tidak diinginkan.

Asuransi cuaca dapat digunakan untuk melindungi bisnis dan aktivitas tertentu. Oleh karena itu, polis ini memiliki berbagai tujuan, seperti mengasuransikan peristiwa mahal yang dapat dirusak oleh cuaca buruk. Penanggung menjamin entitas yang diasuransikan jika kondisi cuaca menyebabkan hilangnya pendapatan dari peristiwa.

Untuk memahami dampak perubahan iklim, terutama di Indonesia, dan penjelasan terkait asuransi cuaca dan mekanisme kerjanya, ayo baca sampai selesai.

Dampak Perubahan Iklim di Indonesia

Sebagai negara maritim dengan beragam ekosistem, Indonesia menghadapi sejumlah dampak perubahan iklim, seperti perubahan pola cuaca ekstrem yang berdampak pada sektor pertanian, perikanan, dan ketersediaan air.

Hingga kini, dampak perubahan iklim di Indonesia setidaknya menyebabkan seluruh wilayah Indonesia mengalami kenaikan suhu udara dengan laju yang lebih rendah dibanding wilayah subtropis. Kemudian, wilayah selatan Indonesia mengalami penurunan curah hujan, sedangkan wilayah utara mengalami peningkatan curah hujan.

Kondisi itu tidak hanya mengganggu aspek lingkungan, tetapi juga sosial dan ekonomi. Sebab, perubahan iklim membuat lebih rentan terhadap bencana alam, seperti siklon tropis yang mendekat ke khatulistiwa hingga musim hujan yang mengakibatkan banjir rob.

BRIN menyebutkan, perubahan iklim mengakibatkan temperatur maksimum mengalami peningkatan di sebagian besar pantura Jawa Tengah dan Jawa Timur. Lalu, periode tanpa hujan di Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan serta Sumatra Selatan hingga Lampung diproyeksikan meningkat sehingga cuaca lebih kering dan mengalami peningkatan kering yang signifikan.

Weather Insurance dan Blue Marble

Dalam menghadapi ketidakpastian cuaca akibat perubahan iklim, konsep asuransi cuaca dapat menjadi solusi bagi pihak yang membutuhkan perlindungan finansial akibat kerugian ekonomi yang disebabkan cuaca ekstrem atau tidak terduga.

Sebagai contoh, Pemerintah Indonesia memiliki asuransi pertanian (AUTP) yang memberikan perlindungan klaim bagi petani yang mengalami kerugian akibat gagal panen atau dampak cuaca ekstrem lainnya.

Selain itu, ada pula Blue Marble, yakni jasa asuransi yang memberikan perlindungan berdampak sosial kepada dua kelompok utama, yakni petani dengan stabilitas pendapatan dan solusi ketahanan pangan serta jaring pengaman bagi individu dan UKM terhadap masalah kesehatan, gangguan bisnis, dan ancaman lainnya.

Nestlé sebagai salah produsen dengan produk berbahan dasar kopi juga meluncurkan asuransi cuaca bersama Blue Marble untuk melindungi lebih dari 800 mitra petani kopi di Indonesia.

Global Head Nestlé Green Coffee Development Marcelo Burity mengatakan, asuransi cuaca tersebut mendukung pembangunan mekanisme bantuan bagi petani di Indonesia.

“Bantuan tersebut memungkinkan mitra petani dalam mengakses sumber finansial untuk memulihkan panen mereka dalam kondisi cuaca tidak menentu, serta membangun ketahanan di perkebunan kopi,” katanya.

Nestlé menggunakan data iklim berbasis satelit untuk menentukan kapan produksi kopi dipengaruhi oleh terlalu banyak maupun kurangnya curah hujan selama fase-fase penting dalam siklus panen.

Pembayaran asuransi cuaca diberikan secara otomatis kepada petani yang terdaftar dan terkena dampak, sesuai dengan tingkat keparahan cuaca, yang menyebabkan kegagalan panen.

Mekanisme Weather Insurance

Secara umum asuransi cuaca atau juga disebut asuransi indeks iklim memberikan klaim jika unsur-unsur penting perubahan iklim, seperti cuaca, suhu, hingga curah hujan, merugikan sebuah usaha tani.

Oleh karenanya, perusahaan jasa asuransi cuaca bergantung pada pengumpulan data cuaca yang akurat untuk memantau kondisi cuaca secara real-time. Sebagai contoh, pembayaran klaim akibat banjir dapat dilakukan jika dibuktikan dengan indeks curah hujan selama periode asuransi.

Selain itu, asuransi cuaca juga menetapkan parameter tertentu yang harus terpenuhi agar klaim dapat diajukan. Misalnya, jumlah curah hujan yang tidak biasa tinggi atau suhu yang mendadak ekstrem.

Blue Marble, misalnya, menggunakan data iklim berbasis satelit untuk menentukan kapan produksi pertanian terganggu oleh terlalu banyak atau tidak cukupnya curah hujan pada setiap fase penanaman di lokasi tertentu. Kemudian, Blue Marble membayarkan klaim kepada petani yang terkena dampak secara langsung.

Sebagai contoh, Blue Marble memberikan klaim asuransi kepada petani kopi di Aceh yang terdampak perubahan iklim berdasarkan tingkat keparahan cuaca secara otomatis melalui aplikasi atau tidak memerlukan pemberitahuan kerugian dan proses klaim.

Head of Sustainable Agri Nestlé Indonesia Syahrudi mengatakan, program Blue Marble sepenuhnya dilakukan melalui pemantauan satelit. Jika microclimate menunjukkan kondisi sedang tidak normal, maka petani berhak mendapatkan klaim sesuai tingkat keparahan.

“Kondisi panen kopi sangat dipengaruhi cuaca. Petani bisa panen bagus bisa hilang semuanya. Dengan adanya asuransi cuaca, kami harapkan dapat membantu petani mengamankan pendapatannya karena kondisi cuaca. Hingga kini terdapat 800 petani binaan Nestlé di Lampung yang menggunakan asuransi cuaca,” katanya.