Sort by
Sort by

Apa Itu Net Zero Emission? Simak Penjelasannya Berikut Ini!

Penjelasan Net Zero Emission

Semua pihak di seluruh dunia perlu bersatu-padu mencapai net zero emission (NZE) pada 2050 sebagai upaya membatasi pemanasan global pada suhu 1,5 derajat Celcius di atas rerata suhu pra-industri. Pemanasan global adalah peningkatan suhu rata-rata permukaan bumi yang sebagian besar dipicu oleh aktivitas manusia.

Jika suhu bumi melebihi ambang batas 1,5 derajat Celsius, para ilmuwan memprediksi dampak pemanasan global akan semakin memburuk. Contohnya adalah gelombang panas akan terjadi lebih sering dan lebih panas.

Lantas, apa itu NZE atau nol emisi karbon? Bagaimana Indonesia bisa mencapainya kondisi NZE? Mari, bersama-sama menyimak penjelasannya di sini.

Pengertian Net Zero Emission

Net zero emission merupakan kondisi ketika semua gas rumah kaca yang bersumber dari aktivitas manusia dihilangkan dengan menyerapnya kembali hingga mencapai level yang seimbang. Penyerapan emisi karbon sepenuhnya dilakukan melalui ekosistem bumi, seperti hutan dan laut.

Upaya tersebut bertujuan agar tidak ada emisi yang menguap ke atmosfer dan menjadi gas rumah kaca yang bisa memicu efek pemanasan global.

Saat ini, suhu bumi berada pada 1.1 derajat Celsius lebih panas daripada bumi di 1800-an. Untuk itu, negara-negara dunia berikrar membatasi emisi karbon hingga 45% pada 2030 dan mencapai NZE pada 2050. Ikrar tersebut disebut Perjanjian Paris.

Cara Mencapai Nol Emisi Karbon

Sebagai agenda global, penelitian terkait nol emisi karbon dilakukan secara terus menerus oleh ilmuwan di seluruh dunia. Jurnal Nature Climate Change edisi 20 Desember 2021 memuat tujuh rumusan cara mencapai NZE yang adil dan berkelanjutan.

  1. Kerangka Hukum 

    Salah satu cara terpenting menurunkan emisi gas rumah kaca adalah menuangkannya ke dalam perangkat hukum, seperti undang-undang, peraturan, hingga kontrak. Sebab, upaya menurunkan emisi karbon dilakukan dalam jangka panjang sehingga membutuhkan aturan yang kuat dan berdimensi sanksi.

  2. Pendekatan Komprehensif

    Penurunan emisi karbon dilakukan secara menyeluruh dengan tidak membeda-bedakan jenis emisi dan emitter. Sebagai contoh, mengurangi emisi energi sama pentingnya dengan mengurangi emisi industri.

  3. Waspada dengan Penggunaan Pengilangan dan Penyimpan Karbon

    Kita memerlukan kebijakan penggunaan teknologi pengilangan dan penyimpanan emisi karbon yang aman dan adil karena terbatas faktor biaya, geopolitik, hingga kelembagaan. Oleh karenanya, pengilangan dan penyimpanan emisi karbon perlu dukungan tata kelola berbasis alam.

  4. Perdagangan Karbon yang Efektif

    Perdagangan karbon yang efektif harus ditegakkan dengan peningkatan standar regulasi. Sebab, infrastruktur untuk pemantauan, pelaporan, dan verifikasi karbon saat ini belum berkembang.

  5. Transisi yang Adil

    Setiap negara perlu memetakan jalannya sendiri dalam menuju net zero emission. Namun, Perjanjian Paris menghendaki adanya keadilan sehingga negara-negara berkembang perlu mendapat dukungan dalam hal keuangan hingga teknologi.

  6. Selaras dengan Tujuan Sosio-ekologis

    Rencana mewujudkan nol emisi karbon harus selaras dengan tujuan sosio-ekologis karena konsekuensinya berdampak pada keanekaragaman hayati hingga kehidupan masyarakat adat.

  7. Peluang Ekonomi Baru

    Mewujudkan NZE dengan menciptakan ekonomi yang berkelanjutan adalah cara terbaik mencapainya. Sebagai contoh, Jepang mendukung transisi energi di kawasan Asean dan mempromosikan kerjasama dengan perusahaan di bidang sumber daya untuk energi terbarukan.

Selain itu, melakukan transisi ke energi bersih bukan hanya membuka peluang bisnis baru dan lapangan pekerjaan, tapi juga menjadi upaya memulihkan sumber daya alam.

Upaya Nestlé dalam Mewujudkan Net Zero Emission

Nestlé telah menyusun peta jalan untuk menghadapi perubahan iklim yang berdampak pada bisnis perusahaan. Peta jalan tersebut meliputi mengurangi emisi hingga 20% pada 2025, mengurangi emisi hingga 50% pada 2030, dan mencapai NZE pada 2050.

Upaya ini dilakukan di tingkat manufaktur, pengemasan, hingga berinvestasi pada pertanian regeneratif. Nestlé juga mengukur jejak karbon dari produk yang dihasilkan. Proses ini dilakukan mulai dari level pertanian, manufaktur, logistik, konsumen, hingga produk akhir masa pakai.

Salah satu contohnya adalah Nestlé membangun Boiler Biomassa berbahan sekam padi sebagai energi terbarukan yang akan digunakan di pabrik-pabrik Nestlé.

Ganesan Ampalavanar, CEO Nestlé Indonesia mengatakan, "Penanganan perubahan iklim tidak bisa menunggu dan begitu juga dengan kami. Ini sangat penting untuk kesuksesan jangka panjang bisnis kami”.

Nestlé juga akan bekerja sama dengan para petani, mitra industri, pemerintah, organisasi non-pemerintah, dan para konsumen untuk mengurangi jejak karbon dan mewujudkan net zero emission.