Setiap keputusan yang kita ambil setiap hari memiliki dampak besar terhadap kelestarian lingkungan, salah satunya mengolah sampah.
Sebab, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyebutkan, total produksi sampah nasional pada 2020 mencapai 67,8 juta ton.
Itu berarti, ada sekitar 185.753 ton sampah setiap hari yang dihasilkan 270 juta masyarakat Indonesia atau setiap penduduk memproduksi sekitar 0,68 kilogram sampah per hari.
Jumlah tersebut tentu bukan kabar yang baik. Untuk itu, mari kenali cara pengolahan sampah yang baik dan benar untuk membantu menyelamatkan lingkungan.
Pentingnya Pengolahan Sampah
Alasan terpenting kita perlu untuk mengelola sampah adalah menjaga kelestarian lingkungan demi kesehatan dan keselamatan populasi manusia.
Sebab, populasi manusia meningkat setiap tahun, begitu juga dengan jumlah sampah. Dampak dari tidak adanya manajemen sampah yang baik adalah terkontaminasinya lingkungan hidup hingga penyebaran penyakit baru.
Selain untuk menjaga lingkungan, pengelolaan sampah yang baik juga bisa menjadi kesempatan untuk menemukan material bernilai yang bisa digunakan lagi atau dijual.
Dalam hal ini, manajemen sampah yang baik bisa mendatangkan peluang bisnis hingga membuka lapangan pekerjaan.
4 Cara Pengolahan Sampah yang Baik dan Benar
Berikut empat cara mengolah sampah yang baik dan benar untuk berkontribusi menjaga kelestarian lingkungan.
1. Memilah Jenis Sampah
Terdapat tiga jenis sampah menurut material atau bahan bakunya, yaitu organik, anorganik, serta bahan berbahaya dan beracun (B3). Ketiga sampah ini perlu dipilah sesuai jenisnya agar mudah diolah.
Sampah organik adalah bahan organik yang bisa membusuk, seperti sisa makanan, kotoran binatang, dan daun kering. Jenis sampah ini bisa diolah menjadi kompos.
Lalu, sampah anorganik adalah material dari benda tak hidup, seperti sampah plastik, kaleng, dan karton. Untuk mengelola sampah ini, kita bisa mendaurnya menjadi benda yang lebih bermanfaat.
Sementara itu, sampah B3 adalah zat, komponen, atau bahan lain yang dapat mencemari atau merusak lingkungan. Sampah ini bisa bisa berasal dari sampah rumah tangga, misalnya baterai, aki bekas, dan sampah elektronik.
Pengolahan sampah B3 umumnya diberikan dari produsen dalam petunjuk penyimpanan atau pembuangan. Selain itu, bisa juga dengan mengirimkannya ke bank sampah yang menangani sampah B3.
2. Menerapkan 3R dalam Penanganan Sampah
Prinsip 3R adalah reduce (mengurangi timbunan sampah), reuse (menggunakan kembali), dan recycle (daur ulang sampah).
Reduce adalah tindakan mengurangi penggunaan produk yang berpotensi menjadi sampah. Lalu, reuse berarti menggunakan kembali produk yang dimiliki agar potensi menjadi sampahnya berkurang.
Sementara itu, recycle adalah mendaur ulang sampah untuk membuat produk baru serta mencari nilai ekonomis.
3. Membuat Tempat Pembuatan Kompos
Memiliki sarana pembuatan kompos di rumah akan memudahkan dalam mengurangi sampah organik. Sebab, sampah organik adalah penyumbang sampah terbanyak di Indonesia.
Cara pengolahan sampah dengan membuat kompos juga bermanfaat jika Anda memiliki kebun kecil di rumah. Pasalnya, kompos bisa menjadi pupuk yang ramah lingkungan dan bebas bahan-bahan kimia.
Meski begitu, pengomposan terkadang dikeluhkan karena prosesnya lambat dan memakan cukup tempat.
Untuk itu, proses ini juga perlu dibarengi dengan perencanaan dalam memilih makanan atau hal lain yang berkontribusi menambah produksi sampah organik, misalnya jangan menyisakan makanan atau menghabiskan makanan sehingga tidak ada sisa yang terbuang.
4. Menerapkan Penggantian Barang
Anda bisa berlanjut dengan menerapkan prinsip replace atau mengganti penggunaan barang yang mudah rusak dengan barang yang lebih awet.
Sebagai contoh, mulailah berinvestasi dengan membeli baju yang ramah lingkungan. Baju yang berkualitas bisa bertahan lebih lama dan Anda akan merasa sayang jika membuangnya.
Kemudian, kurangilah penggunaan barang sekali pakai, seperti sedotan plastik, bungkus makanan, hingga tas kresek. Sebagai ganti, gunakanlah barang yang bisa digunakan berkali-kali, seperti sedotan bambu, kotak makan yang bisa dipakai berkali-kali, dan tas belanja dari bahan kain. Itulah beberapa contoh cara pengolahan sampah yang baik dan benar. Mari terapkan prinsip-prinsip ini mulai dari langkah kecil dulu untuk membuat perubahan yang lebih besar.
Upaya Nestlé dalam Pengelolaan Sampah
Dengan fakta-fakta soal sampah di atas, sebagai wujud komitmen Nestlé Indonesia menjadi perusahaan penghasil produk makanan dan minuman senantiasa berupaya melakukan zero waste to landfill di 2025.
Selain itu, Nestlé Indonesia juga memiliki impian untuk turut membantu menjaga kebersihan perairan Indonesia dengan bergabung menjadi bagian dari Project STOP sebagai salah satu partner. Kemitraan dalam Project STOP merupakan upaya Nestlé dalam menjaga kebersihan perairan Indonesia. Project STOP merupakan gerakan kolaborasi yang fokus pada pengelolaan sampah di daratan agar tidak mencemari lautan.
Bersama dengan Project STOP, selama tiga tahun, Nestlé akan melakukan pengembangan sistem pengelolaan sampah termasuk di dalamnya pembangunan fasilitas pengelolaan (material recovery facility). Adapun wilayah yang menjadi target dari program ini, yakni 26 desa yang tersebar di wilayah Kecamatan Lekok dan Kecamatan Nguling di Kabupaten Pasuruan, Provinsi Jawa Timur.
Selain inisiatif-inisiatif seperti Project STOP, Nestlé juga memiliki inisiatif lain seperti program sistem pengelolaan sampah di kawasan sekitar Pabrik Nestlé Karawang di Desa Sukaluyu, Kabupaten Karawang. Bukan hanya itu, Nestlé Indonesia juga rutin melaksanakan program volunteering bersama dengan 150 karyawan dan keluarga untuk Bebersih Sungai Ciliwung, sebagai bagian dari inisiatif global Nestlé #CleanUpTogether dalam rangka peringatan #WorldOceansDay. Dengan kegiatan ini, para volunteer berhasil mengumpulkan 731,6 kg sampah yang kemudian dikumpulkan dan dikelola oleh Waste4Change, agar tidak berakhir di TPA. Selain itu, semua kemasan karton Nestlé berlogo FSC (Forest Stewardship Council). Artinya, kemasan tersebut dibuat dari bahan baku yang bersumber dari hutan yang dijalankan secara bertanggung jawab. Nestlé Indonesia juga menjadi yang pertama menerapkan sedotan kertas untuk minuman kemasan NESCAFÉ Ready-to-Drink di Indonesia dan di akhir tahun 2020 seluruh kemasan siap konsumsi sudah menggunakan sedotan kertas.