Sort by
Sort by

Memahami Circular Economy

Salah Satu Cara Menuju Indonesia Bebas Sampah di Masa Depan
circular economy
Dari sekian banyak masalah global, sampah menjadi salah satu yang solusinya belum terpecahkan. Diperkirakan ada sekitar 8 juta ton sampah plastik yang dibuang ke lautan setiap tahun di dunia. Jambeck, et.al (2015) pernah mempublikasikan penelitiannya yang berjudul Plastic Waste Inputs From Land Into The Ocean.

Pada 2016 saja, dari 30 ibu kota provinsi, rata-rata sampah yang terangkut hanya 71,20 persen dari total produksi sampah dapat mencemari lingkungan. Belum lagi, angka populasi manusia yang berbanding lurus dengan banyaknya sampah yang dihasilkan, serta model ekonomi linear dengan sistem take-make-waste (buat-gunakan-buang) yang dianut memiliki dampak buruk bagi lingkungan hidup.

Untuk itu mengatasi isu sampah yang semakin mengkhawatirkan menjadi-jadi, Circular Economy bisa dijadikan salah satu cara untuk membantu Indonesia bebas dari sampah. Untuk informasi lebih lanjut, simak ulasannya berikut ini!

Pengertian Circular Economy (Ekonomi Sirkular)

Circular Economy atau ekonomi sirkular adalah sebuah alternatif untuk ekonomi linier tradisional (buat, gunakan, buang) dimana kita menjaga agar sumber daya dapat dipakai selama mungkin, menggali nilai maksimum dari penggunaan, kemudian memulihkan dan meregenerasi produk dan bahan.

Ketika barang tersebut dianggap tidak memiliki value atau nilainya lagi, dengan model ekonomi sirkular, barang di daur ulang untuk diubah menjadi produk yang baru tanpa menjadikannya limbah tak bernilai yang bisa membahayakan lingkungan. Dengan model ekonomi ini, keberadaan limbah sebisa mungkin dihapuskan karena Circular Economy berupaya untuk menggunakan energi terbarukan.

Konsep Circular Economy tidak hanya mendesain model industri menggunakan prinsip zero waste, konsep ini juga mementingkan faktor sosial dan penyediaan sumber daya serta energi yang berkelanjutan. Upaya pengelompokkan limbah dari limbah yang berbahaya hingga limbah yang tidak berbahaya dapat membantu implementasi konsep ekonomi ini. Limbah yang telah dikelompokkan atau dipilah membantu pengolahan dengan mudah dan cepat.

Sebagai contoh kecil, yakni industri rumah tangga. Setiap keluarga di Indonesia perlu memilah sampahnya di rumah masing-masing sebelum membuangnya ke tempat penampungan sampah. Pemilihan ini pun terbilang sederhana sebab Anda hanya perlu memisahkan sampah organik dengan anorganik.

Contoh sampah organik, yaitu sisa makan, kulit buah-buahan, karton, atau kertas. Sementara sampah anorganik bisa berupa benda-benda berbahan dasar logam, kaca, plastik, serta kertas. Dengan adanya peran dari masyarakat untuk mengelola sampah mulai dari rumah, maka akan sangat membantu proses Circular Economy.

Penerapan model Circular Economy perlu didukung oleh semua pihak agar Indonesia dapat terbebas sampah di masa depan. Prinsip yang dianut model ekonomi ini, yakni 5R RETHINK, REDUCE, REUSE, RECYCLE, RECOVERY (memikirkan kembali, mengurangi, menggunakan kembali, mengolah kembali, mengembalikan), memposisikan peran masyarakat menjadi penting sebab model ini ingin masyarakat melihat sebuah value pada barang yang telah tidak digunakan.

Circular Economy pun ingin membangun paradigma di masyarakat bahwa sampah memiliki value, sehingga kesadaran masyarakat bisa tumbuh serta membantu penurunan biaya produksi dan menjaga sumber daya alam yang tidak terbarukan.

Upaya Nestlé dalam Membantu Ekonomi serta Menjaga Lingkungan Hidup

Menanggapi hal tersebut, Nestlé memiliki komitmen mengupayakan sebuah sustainable packaging. Oleh karena itu, Nestlé Indonesia telah mencoba mengimplementasikan bermacam-macam inisiatif.

Mulai dari penurunan waste disposal rate di semua pabrik hingga di angka 47% dari 2010-2017, inisiatif segregasi sampah organik dan anorganik, hingga kolaborasi dengan PRAISE (Packaging and Recycling Association for Indonesia Sustainable Environment) untuk mengembangkan solusi manajemen sampah yang terintegrasi dan berkelanjutan di Indonesia.

Di akhir tahun 2016, sudah ada 182 pabrik Nestlé di seluruh dunia yang berhasil melakukan zero waste untuk melakukan pembuangan limbah. Nestlé juga berupaya melakukan praktik kemasan yang berkelanjutan, misalnya dengan melakukan pemberdayaan bank sampah dan pelaku sektor informal daur ulang, pengurangan berat kemasan, melakukan kampanye pengelolaan sampah (3R – Reuse, Reduce, Recycle), sampai melakukan banyak program konservasi lingkungan lainnya seperti pembersihan pantai dan sungai secara rutin hingga penyelamatan sumber air tanah.

Artinya, kemasan tersebut dibuat dari bahan baku yang bersumber dari hutan yang dijalankan secara bertanggung jawab. Di tahun 2019, Nestlé Indonesia pun merupakan perusahaan yang pertama menggunakan sedotan kertas untuk minuman kemasan NESCAFÉ Ready-to-Drink di Indonesia.

Melalui penerapan Economy Circular, diharapkan dapat mendukung ambisi pemerintah Indonesia untuk menciptakan masa depan bebas sampah di masa depan. Tentunya dengan bantuan masyarakat yang secara sadar turut andil dalam program-program yang telah dilakukan baik oleh pemerintah Indonesia maupun oleh Nestlé. Dengan begitu, cita-cita memajukan ekonomi negara Indonesia, melestarikan lingkungan hidup, dan memastikan keberlanjutan bumi dapat berjalan secara bersamaan.