Sort by
Sort by

Tackling Climate Change? Inilah Dukungan Nestlé Dalam Mengatasinya

dukungan nestle dalam tackling climate change

Perubahan iklim kini merupakan masalah serius yang bisa berdampak lebih parah di masa yang akan datang jika dibiarkan begitu saja. Dibutuhkan inisiatif tidak hanya dari diri sendiri, tapi juga secara menyeluruh untuk tackling climate change atau menghentikan dan memperlambat dampak buruk yang dihasilkan oleh perubahan iklim.

Sebagai respon terhadap perubahan iklim, Nestlé terus berkomitmen mengurangi separuh emisinya pada 2030 dan mencapai emisi Net Zero pada 2050 meskipun perusahaan terus bertumbuh. Nestlé akan fokus pada dukungan kepada para petani dan pemasok untuk mengembangkan pertanian regeneratif, penanaman ratusan juta pohon untuk 10 tahun ke depan serta penyelesaian transisi untuk menggunakan 100% listrik terbarukan pada 2025.

Nestlé menyadari jika kebutuhan untuk tackling climate change dibutuhkan upaya menyeluruh. Oleh sebab itu, Nestlé mencoba mengatasi isu ini dari hulu ke hilir mulai dari pemilihan bahan baku, cara memasok produk, distribusi, hingga post consumption atau limbah setelah pakai.

Tidak berhenti di situ, Nestlé juga terus mengupayakan berbagai pendekatan inovatif untuk meningkatkan efisiensi produksi serta kualitas produk. Upaya-upaya yang dijalankan Nestlé cukup beragam dan menggunakan teknologi mutakhir agar upaya menjaga lingkungan hidup di mana Nestlé beroperasi dapat berhasil, di antaranya:

Biogas

Program penggunaan energi biogas merupakan salah satu upaya Nestlé untuk mengalihkan penggunaan energi fosil menjadi energi terbarukan di keluarga peternak sapi perah di daerah beroperasinya pabrik Nestlé Kejayan, Pasuruan, Jawa Timur. Menggunakan alat konversi biogas, para peternak sapi perah ini mengubah limbah menjadi energi yang bisa digunakan untuk kebutuhan sehari-hari.

Biomassa dari sekam padi

Nestlé menggunakan mesin boiler biomassa untuk mengubah sekam padi atau gabah menjadi energi. Hal ini ditempuh untuk mengurangi penggunaan energi fosil yang sewaktu-waktu bisa habis. Penggunaan energi alternatif yang bersumber dari sekam padi ini akan mampu mengurangi emisi gas rumah kaca.

Pengelolaan air (WWTP)

Air adalah sumber kehidupan, dan karenanya, Nestlé selalu memfokuskan diri pada pengelolaan air yang bertanggung jawab. Telah menjadi komitmen sejak dulu bagi Nestlé untuk senantiasa melestarikan penggunaan air di area pabrik/produksi. Air bagi Nestlé merupakan prioritas, yang digunakan untuk menghasilkan uap, menara pendingin, dan juga sebagai pembersih.

Selain itu, sebagai inisiatif yang ditempuh Nestlé untuk tackling climate change, Nestlé juga terus berupaya untuk meminimalisir sampah. Salah satu upaya Nestlé untuk mencapai zero waste dilakukan melalui beberapa hal. Dalam beberapa tahun terakhir, Nestlé melakukan pendekatan efisiensi sumber daya untuk menghindari pembuangan makanan dan memanfaatkan semua material, baik melalui pemulihan energi ataupun penggunaan by-product dengan cara baru.

Inovasi Nestlé Untuk Tackling Climate Change

Mengatasi perubahan iklim berarti berpacu dengan waktu. Karena itu Nestlé juga terus berinovasi untuk mengatasi itu. Sebuah pabrik Nestlé yang terletak di Fawdon Inggris mengubah limbah produksi kembang gula menjadi energi melalui proses konversi limbah dengan proses anaerobic digestion. Pengolahan limbah cair telah dibuat sedemikian rupa sehingga bisa berlangsung dengan sangat cepat.

Limbah sisa produksi seperti tepung dan gula, ditambah limbah cair, dan produk cokelat dan kembang gula yang cacat produksi dicampurkan dan dilarutkan menjadi limbah cair berupa “sup cokelat”. “Sup” tersebut lalu dialirkan ke tangki kedap udara dan terjadilah proses anaerobic digestion yaitu proses alami ketika bakteri memecah-mecah materi yang dapat diurai.

Dari proses ini, dihasilkan biogas atau sumber energi terbarukan yang mengandung gas metana. Di pabrik tersebut, biogas kini mampu memenuhi kebutuhan energi di pabrik Fawdon hingga sekitar 5-8%. Selain menghasilkan energi, proses ini juga membantu membersihkan air limbah yang keluar di pabrik.

Proses konversi ini memang menghabiskan biaya yang tidak sedikit, namun meski mahal, sistem ini berhasil menghemat energi yang bila dihitung dari segi ekonomi berdampak positif tidak hanya untuk bisnis, tapi juga untuk tackling climate change secara jangka panjang.

Selain itu, adanya proyek zero waste ini juga berdampak pada perilaku karyawan pabrik. Melihat limbah yang dapat diubah menjadi energi, para karyawan pun semakin bersemangat untuk mencari tahu apalagi yang bisa mereka lakukan di wilayah kerja masing-masing, agar bisa menciptakan dampak lingkungan yang sama positifnya.