Sejak Revolusi Industri pertama, manusia telah menghasilkan lebih dari 2.000 gigaton emisi karbon dioksida di atmosfer dan membentuk selubung seperti rumah kaca yang menahan panas keluar dari bumi. Fenomena efek rumah kaca ini menjadi penyebab pemanasan global.
Jika tidak ada perubahan serius dalam mengatasi akibat pemanasan global, maka intensitas gelombang panas, meningkatnya permukaan air laut, pencemaran udara, dan dampak perubahan iklim lainnya akan semakin membahayakan.
Sebagai bagian dari penduduk bumi, sudah seharusnya kita bersama-sama menekan global warming dengan memahami dampak negatif emisi karbon dan cara menguranginya.
Pengertian Emisi Karbon
Carbon emissions atau emisi karbon merupakan proses karbon dioksida ke atmosfer yang terjadi secara alami maupun dipicu aktivitas manusia, seperti deforestasi, konsumsi listrik, hingga kegiatan industri manufaktur. Dalam hal ini, emisi karbon merujuk pada pembakaran segala senyawa yang mengandung karbon, seperti CO2, kayu, hingga bahan bakar hidrokarbon.
Saat ini, jumlah jejak karbon di atmosfer sudah mencapai level yang tidak mungkin untuk diserap secara alami. Oleh karenanya, negara-negara di dunia bersatu membuat skenario menekan emisi karbon dan mencapai net zero emission pada 2050.
Dampak Emisi Karbon
Berikut beberapa dampak carbon footprint terhadap lingkungan, kesehatan, dan ekonomi:
-
Dampak Terhadap Lingkungan
Secara umum, emisi gas rumah kaca menjadi penyebab global warming dan memicu perubahan iklim. Konsekuensinya adalah menimbulkan anomali cuaca/cuaca ekstrem, meningkatnya suhu bumi, mencairnya es di kutub, meningkatnya permukaan laut, serta meningkatkan risiko kebakaran hutan dan hujan lebat.
-
Dampak Terhadap Kesehatan
Perubahan iklim memicu munculnya penyakit-penyakit yang berhubungan dengan bakteri, virus, dan parasit. Sebab, mikroorganisme tersebut tumbuh subur akibat meningkatnya suhu bumi. Selain itu, polusi udara dan cuaca ekstrem, seperti kemarau panjang, hujan kencang, atau gelombang panas juga berdampak pada kesehatan manusia.
-
Dampak Terhadap Ekonomi
Anomali cuaca berdampak pada kegiatan ekonomi masyarakat, seperti pertanian, pariwisata, hingga kelautan. Cuaca ekstrem juga memengaruhi kerusakan infrastruktur, seperti jalan, jembatan, hingga tiang listrik. Pemanasan global yang memicu berbagai bencana secara tidak langsung juga berdampak terhadap ekonomi.
Cara Mengurangi Emisi Karbon
Selain menjadi tugas negara, kita sebagai individu juga bisa memangkas jumlah emisi gas rumah kaca untuk menghambat perubahan iklim. Berikut lima caranya:
-
Menanam Pohon
Deforestasi adalah salah satu penyebab utama emisi karbon. Padahal, pohon bisa menyerap dan menyimpan karbon secara alami. Untuk itu, menanam pohon merupakan cara termurah untuk meredam emisi karbon.
-
Efisiensi Energi di Rumah
Anda bisa memilih penyedia listrik yang menggunakan energi bersih atau memasang panel surya sebagai sumber listrik. Selain itu, Anda juga bisa memilih perlengkapan rumah yang lebih ramah lingkungan, contohnya lampu LED.
-
Energi Bersih
Saat ini, sebagian besar aktivitas manusia masih menggunakan bahan bakar fosil. Untuk itu, selain mengurangi konsumsi energi, transisi ke energi bersih juga bisa menekan emisi karbon.
-
Efisien dalam menggunakan transportasi
Meski tidak semua orang bisa meninggalkan kendaraan dengan bahan bakar fosil, mengurangi berkendara dan beralih ke transportasi umum, bersepeda, atau berjalan kaki bisa menurunkan jumlah emisi karbon. Penggunaan pesawat terbang juga merupakan salah satu moda transportasi yang paling banyak menghasilkan emisi karbon. Anda bisa menyusutkan carbon footprint dengan hanya memakai pesawat jarak jauh dan kelas ekonomi.
Dukungan Nestlé Mengurangi Emisi Karbon
Sebagai perusahaan yang bersinggungan dengan sektor pangan, Nestlé telah menyusun roadmap untuk mengurangi emisi karbon dan mencapai net zero emission pada 2050.
Salah satu upaya yang dilakukan adalah mendukung mitra peternakan sapi perah berkelanjutan. Hingga kini, Nestlé telah membina 27.000 peternak sapi di Jawa Timur dengan memberikan pelatihan praktik peternakan sapi perah yang baik dan berkelanjutan.
Ganesan Ampalavanar, Presiden Direktur Nestlé Indonesia menyatakan, “Setiap tahunnya, Nestlé Indonesia mengeluarkan sekitar Rp 1,6 triliun untuk aktivitas pembelian susu segar dari para peternak sapi perah di pedesaan, sebagai bentuk dukungan pembangunan ekonomi pedesaan serta penghidupan berkelanjutan para peternak sapi perah”.
Selain itu, Nestlé juga membangun akses air bersih dan sarana biogas untuk menciptakan sistem pertanian sirkular terintegrasi di peternakan sapi perah di Jawa Timur. Hal ini sejalan dengan ambisi Nestlé mengurangi emisi karbon dan mencapai net zero emissions pada 2050.