Sort by
Sort by

Upaya Pengelolaan Sampah oleh Nestlé untuk Indonesia

upaya pengelolaan sampah oleh nestle untuk indonesia
Sampah menjadi salah satu masalah di dunia yang hingga saat ini masih diupayakan solusinya. Pengaruh dari jumlah populasi manusia yang terus meningkat dari tahun ke tahun, bahkan melebihi dari kepadatan yang semestinya ternyata diiringi juga oleh banyaknya sampah yang dihasilkan oleh manusia itu sendiri.

Untuk membahas soal sampah, di bawah ini ada beberapa fakta-fakta penting, khususnya di Indonesia yang menarik untuk disimak. Apa saja?

  1. Berdasarkan dari Statistik Lingkungan Hidup pada 2010 sampai 2016, kota-kota yang ada di Indonesia, khususnya pulau Jawa mengalami kenaikan produksi sampah, bahkan menjadi wilayah produsen sampah terbesar di Indonesia. Hal ini dilatarbelakangi dari kepadatan penduduk di Pulau Jawa yang lebih tinggi dibandingkan pulau lainnya. Sementara daerah di luar Pulau Jawa produksi sampah paling banyak dihasilkan oleh Pulau Sulawesi, tepatnya di kota Makassar dan kota Mamuju.
  2. Daerah di Pulau Jawa yang menghasilkan sampah per hari paling banyak adalah Surabaya.
  3. Salah satu yang menjadi masalah utama pengelolaan sampah di Indonesia, yaitu kurangnya kesadaran dan pemahaman seluruh masyarakat dalam mengatur pemilahan sampah organik dan non-organik.
  4. Hal lainnya dikarenakan sampah yang dihasilkan juga tidak sebanding dengan volume sampah yang terangkut. Dari 30 ibu kota provinsi di Indonesia, rata-rata sampah yang terangkut hanya 71,20 persen dari total produksi sampah pada tahun 2016. Terdapat 3 hal yang menjadi tantangan dalam penanganan sampah di Indonesia, yaitu: sistem pengelolaan sampah padat yang kurang berkembang sehingga mengakibatkan pembakaran terbuka atau pembuangan sampah plastik, penggunaan plastik yang dapat dihindari dan bermasalah, nilai after-use yang rendah atau tidak ada sama sekali untuk banyak jenis sampah plastik dibandingkan dengan bahan daur ulang lainnya, seperti kaleng aluminium.
  5. Tingginya sampah juga disebabkan oleh jumlah populasi dan industri yang meningkat di setiap kota yang semakin banyak.

Dengan fakta-fakta soal sampah di atas, sebagai wujud komitmen Nestlé Indonesia menjadi perusahaan penghasil produk makanan dan minuman senantiasa berupaya melakukan zero waste to landfill di 2025. Selain itu, Nestlé Indonesia juga memiliki impian untuk turut membantu menjaga kebersihan perairan Indonesia dengan bergabung menjadi bagian dari Project STOP sebagai salah satu partner. Kemitraan dalam Project STOP merupakan upaya Nestlé dalam menjaga kebersihan perairan Indonesia. Project STOP merupakan gerakan kolaborasi yang fokus pada pengelolaan sampah di daratan agar tidak mencemari lautan.

Bersama dengan Project STOP, selama tiga tahun, Nestlé akan melakukan pengembangan sistem pengelolaan sampah termasuk di dalamnya pembangunan fasilitas pengelolaan (material recovery facility). Adapun wilayah yang menjadi target dari program ini, yakni 26 desa yang tersebar di wilayah Kecamatan Lekok dan Kecamatan Nguling di Kabupaten Pasuruan, Provinsi Jawa Timur.

Tapi, bukan hanya itu saja. Nestlé Indonesia juga rutin melaksanakan program volunteering bersama dengan 150 karyawan dan keluarga untuk Bebersih Sungai Ciliwung, sebagai bagian dari inisiatif global Nestlé #CleanUpTogether dalam rangka peringatan #WorldOceansDay. Dengan kegiatan ini, para volunteer berhasil mengumpulkan 731,6 kg sampah yang kemudian dikumpulkan dan dikelola oleh Waste4Change, agar tidak berakhir di TPA.

Selain itu, salah satu rangkaian dari inisiatif Nestlé Indonesia melalui program “Kebagusan Bijak Kelola Sampah” untuk mendukung penanganan sampah di Indonesia terutama di wilayah DKI Jakarta. Program ini merupakan wujud kolaborasi dengan Pemerintah Kelurahan Kebagusan dan Waste4Change untuk memberdayakan masyarakat yang berfokus pada partisipasi aktif dalam mengelola sampah secara mandiri dan bertanggung jawab.

Rumah Pemulihan Material merupakan sarana pengelolaan sampah masyarakat yang akan digunakan sebagai pusat pengumpulan sampah rumah tangga secara terpadu dari bank-bank sampah yang ada di wilayah Kelurahan Kebagusan. Dengan lahan seluas 195 m2 yang disediakan oleh Kelurahan Kebagusan, RPM Kebagusan menargetkan pengelolaan sampah anorganik sebanyak 1,3 ton per hari, dan melayani lebih dari 50.000 rumah tangga di Kelurahan Kebagusan.

Peran Nestlé Indonesia Terhadap Sampah Makanan

Sampah makanan pun juga menjadi perhatian besar Nestlé Indonesia. Perlu diketahui bahwa ada beberapa fakta menarik terkait sampah makanan, yaitu:

  1. Berdasarkan data dari Food Sustainability Index Infographics 2016 terdapat 300 kg makanan yang dibuang oleh satu orang di Indonesia setiap tahunnya.
  2. Sampah sisa makanan di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) menimbulkan efek negatif dari gas metan 21 kali lebih besar daripada efek dari gas CO2.
  3. Sisa karbon yang dihasilkan dari sampah makanan menghasilkan 3,3 giga-ton emisi gas rumah kaca. Hal ini sama saja dengan sepertiga emisi bahan bakar fosil per tahun.

Lalu langkah apa yang dilakukan oleh Nestlé Indonesia untuk mengurangi sampah makanan tersebut? Perlu diketahui, Nestlé Indonesia telah berupaya menurunkan jumlah sampah makanan dalam setiap kegiatan operasionalnya. Tujuannya selain menjaga pasokan bahan baku yang akan diolah, juga menjaga ketahanan pangan, pengaruh terhadap pelestarian lingkungan, dan pengembangan kesejahteraan masyarakat yang ada di lingkungan sekitar.

Beberapa wujud nyata yang telah dilakukan oleh Nestlé Indonesia demi mengurangi sampah adalah kerjasama antara Pemerintah Kabupaten Karawang, Nestlé Indonesia, dan KSM Sahabat Lingkungan dalam membangun Tempat Pengolahan sampah di Karawang. Dengan 3,245 m2 lahan yang dialokasikan oleh Perumnas Karawang, TPS3R Baraya Runtah mengelola pengumpulan, pemilahan sampah serta melakukan proses daur ulang dengan kapasitas hingga 3 ton per hari dan mendukung 2.200 rumah tangga dan usaha daerah di wilayah desa Sukaluyu, dan saat ini telah menciptakan 16 lapangan kerja bagi penduduk setempat. Fasilitas ini juga dilengkapi dengan sistem pemilahan dan proses sampah, perlengkapan penanganan residu, dan fasilitas pendukung lainnya. Sampah anorganik akan dikirim ke industri daur ulang dan sampah organik akan diolah menjadi kompos dan budidaya larva hitam.

Di bagian distribusi, Nestlé Indonesia melakukan dua cara, yaitu efisiensi muatan ketika pengantaran bahan baku dari koperasi petani ke pabrik untuk meminimalisir risiko terbuangnya bahan baku.

Masih banyak kegiatan positif Nestlé global maupun Nestlé Indonesia lainnya yang berkontribusi untuk menjaga kelestarian lingkungan hidup demi masa depan. Tak jarang, Nestlé juga mengajak karyawannya untuk melakukan tindakan sukarela yang memberikan dampak bagi lingkungan sekitar, dengan harapan bahwa karyawan Nestlé tidak hanya berkontribusi baik untuk kegiatan-kegiatan perusahaan saja, tetapi juga bisa berkontribusi di lingkungan sekitar mereka.

Salah satu contohnya, pada tahun 2019 para karyawan pabrik Nestlé di Karawang bekerja sama dengan Tim Satgas sektor 19 Citarum Harum, Komunitas Sahabat Lingkungan, Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Berkah Amanah, KSM Bintang Alam, serta masyarakat Perumahan Bintang Alam menanam berbagai jenis pohon keras dan pohon buah. Sebanyak 19 jenis pohon seperti rasamala, ganitri, salam, kayu manis, dan kayu putih ditanam di bantaran sungai untuk mencegah longsor dan membantu upaya penambahan vegetasi di daerah tersebut.

Nestlé Indonesia pun juga melakukan upaya keberlanjutan lingkungan seperti menggunakan 100% recycled paper untuk semua kemasan karton dengan sertifikasi FSC, memberikan program edukasi pemilahan sampah ke 159 sekolah binaan Nestlé Healthy Kids dan diikuti lebih dari 30.000 siswa, bekerja sama dengan Waste4Change dan Eco Bali dengan menyediakan tempat sampah yang terpilah pada setiap kegiatan corporate atau brand untuk memastikan tidak ada sampah yang terbuang ke TPA dan memberikan edukasi pada konsumen terkait bagaimana cara melakukan pemilahan sampah.