Sort by
Sort by

Bu, Inilah 5 Dampak Stunting Menurut WHO yang Perlu Diketahui

Bu, Inilah 5 Dampak Stunting Menurut WHO yang Perlu Diketahui

Kebanyakan orang mungkin berpikir bahwa stunting hanya mengakibatkan si Kecil memiliki postur pendek atau tidak tumbuh tinggi dengan maksimal. Namun, jauh di balik itu, stunting ternyata memiliki berbagai dampak serius bagi tumbuh kembang dan kesehatan anak, Bu.

Apa saja dampak stunting menurut WHO? Simak penjelasannya dalam artikel berikut ini yuk, Bu.

5 Dampak Stunting Menurut WHO

Stunting adalah kondisi kekurangan gizi kronis dan menjadi masalah utama anak-anak di negara berkembang termasuk Indonesia. Berdasarkan sebuah studi yang dilakukan di Surabaya, stunting dikaitkan dengan dugaan keterlambatan perkembangan yang umumnya banyak terjadi pada anak usia 1-3 tahun.  

Badan Kesehatan Dunia (WHO) menegaskan, stunting yang terjadi pada awal kehidupan, khususnya pada 1.000 hari pertama sejak pembuahan hingga anak berusia dua tahun, dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan.  Lebih dari itu, ada banyak dampak dari stunting yang dapat mengurangi kualitas hidup dan berisiko pada kesehatan saat si kecil tumbuh dewasa kelak. 

Berikut ini 5 dampak stunting menurut WHO yang perlu diketahui:

  1. Meningkatnya risiko mortalitas dan morbiditas

    Dampak jangka pendek stunting adalah meningkatnya risiko mortalitas (kematian) dan morbiditas (angka kesakitan).  Berdasarkan analisis data terhadap 53.767 anak di Afrika, Asia, dan Amerika Latin, angka kematian pada anak-anak yang mengalami stunting dan kekurangan berat badan tiga kali lebih besar dibandingkan anak-anak dengan gizi baik. Risiko mortalitas juga meningkat hingga lebih dari 12 kali lipat pada anak-anak yang mengalami stunting, kekurangan berat badan, dan kurus. 

    Dalam sebuah penelitian, diketahui bahwa anak stunting memiliki risiko morbiditas 2,5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan balita normal. Anak dengan stunting juga berisiko terkena penyakit menular dan alergi karena sistem kekebalan tubuh mereka lebih rendah. Dari penelitian itu, diketahui pula bahwa morbiditas dan kecukupan gizi pada balita menjadi faktor yang saling terkait. Morbiditas atau kesakitan pada balita dapat menekan nafsu makan sehingga mengakibatkan kekurangan gizi. Sementara itu, kekurangan gizi pada anak bisa berdampak pada menurunnya daya tahan tubuh sehingga si kecil rentan terserang penyakit. 

  2. Rendahnya kemampuan kognitif

    Dampak stunting menurut WHO lainnya adalah gangguan kognitif dan menurunnya kecerdasan anak. Kekurangan gizi akut pada masa awal kehidupan dapat mengakibatkan peradangan, perubahan kadar leptin, dan peningkatan glukokortikoid yang menyebabkan perubahan epigenetik. Kondisi tersebut berdampak pada gangguan perkembangan saraf dan disfungsi sinapsis yang mengakibatkan keterlambatan perkembangan pada anak. Stunting akan mempengaruhi perkembangan area otak yang berperan dalam fungsi kognitif, memori, dan keterampilan lokomotor. Dampak stunting terhadap fungsi neurokognitif juga sangat parah karena perkembangan otak menjadi terhambat.

    Perlu diketahui, Bu, stunting juga memiliki dampak jangka panjang pada pendidikan si kecil. Anak yang stunting cenderung lebih kesulitan berkonsentrasi dalam belajar dan memahami materi pelajaran di sekolah.  

  3. Risiko penyakit kronis saat dewasa

    Anak stunting juga lebih berisiko terkena berbagai penyakit kronis saat mereka tumbuh dewasa kelak. Ini merupakan dampak stunting menurut WHO yang dapat terjadi dalam jangka panjang. WHO menjelaskan, anak stunting yang mengalami kenaikan berat badan berlebihan, berisiko menderita penyakit kronis terkait nutrisi di masa dewasa kelak.

    Anak stunting cenderung mengalami kenaikan berat badan secara cepat setelah 2 tahun, sehingga berisiko mengalami obesitas di kemudian hari. Kondisi ini membuat anak stunting mengalami oksidasi lemak, pengeluaran energi yang lebih rendah, dan resistensi insulin, sehingga lebih berisiko terkena diabetes, hipertensi, serta dislipidemia. 

  4. Gangguan kesehatan reproduksi

    Tahukah, Bu, stunting ternyata juga dapat berdampak pada kesehatan reproduksi saat anak tumbuh dewasa kelak. Dampak stunting pada masa remaja mencakup risiko komplikasi obstetrik (kandungan) yang lebih besar. Oleh karena itu, anak perempuan yang stunting, lebih berisiko mengalami terhambatnya persalinan ketika mereka dewasa kelak. Selain itu, anak stunting, baik perempuan atau laki-laki, juga berisiko mengalami penurunan kapasitas fisik terkait reproduksi di masa depan.

  5. Rendahnya produktivitas

    Stunting juga berdampak pada rendahnya produktivitas seseorang di masa mendatang. Hal ini dikarenakan gangguan perkembangan otak dan fungsi kognitif anak akibat stunting di masa kecil. Anak stunting yang kesulitan belajar dan tidak berprestasi semasa sekolah, juga cenderung akan lebih tidak produktif saat tumbuh dewasa. WHO juga menyebut, stunting dapat berdampak terhadap kesejahteraan anak di masa depan, karena mereka cenderung mendapatkan upah kecil akibat rendahnya produktivitas.

    Itulah dampak stunting menurut WHO, yang ternyata tidak hanya akan mempengaruhi perkembangan dan kesehatan anak di masa kecil, tetapi juga kehidupannya di masa depan. 

Yuk Bu, penuhi gizi si Kecil agar terhindar dari stunting. Untuk mendukung si Kecil agar tumbuh jadi anak tangguh, tanggap, dan aktif, berikan Nestlé BATITA, yaitu susu pertumbuhan anak dengan varian lengkap untuk anak usia 1+, 3+, dan 5+. 

Nestlé BATITA mengandung tinggi zat besi, vitamin dan mineral, serta omega 3 & 6   untuk mendukung anak tangguh, tanggap dan aktif. Nestlé BATITA juga bisa Bu dapatkan dengan harga ekonomis sehingga ramah di kantong.