Sort by
Sort by

Pelestarian Keanekaragaman Hayati dengan Tumpang Sari

Keanekaragaman Hayati dengan Tumpang Sari
Sebuah kebun umumnya hanya menjadi rumah bagi satu jenis tanaman. Kita menyebut kebun kopi karena semua tanaman di lahan tersebut adalah kopi. Namun, bagaimana kalau suatu kebun menjadi rumah bagi beberapa jenis tanaman lain?

Itulah esensi dari sistem tumpang sari. Konsep ini mendukung keberlanjutan produksi sebuah kebun kopi dengan menanam dua atau lebih jenis tanaman yang sekaligus dapat mendukung pelestarian keanekaragaman hayati.

Head of Sustainable Agri Nestlé Indonesia, Syahrudi menerangkan, konsep tumpang sari juga memiliki tujuan utama untuk menyerap lebih banyak karbon, meningkatkan biodiversitas, sekaligus meningkatkan kesejahteraan para petani.

“Bonusnya adalah mengurangi aliran air permukaan dan efek gas rumah kaca, meningkatkan keanekaragaman hayati dan konservasi air, dan memperbaiki kesehatan tanah,” ujarnya.

Hingga kini, Nestlé Indonesia yang bermitra dengan GIZ telah memberikan pendampingan kepada para petani kopi binaan untuk belajar mengelola kebunnya sebagai suatu bisnis.

Nestlé Indonesia dan GIZ juga mengajarkan sistem perkebunan kopi tumpang sari untuk membantu petani meningkatkan pendapatannya.

Setidaknya terdapat 55 kebun percontohan yang berhasil dibangun bersama para petani dan memberikan hasil yang menggembirakan.

Manfaat Tumpang Sari untuk Keanekaragaman Hayati

Head of Sustainable Agri Nestlé Indonesia, Syahrudi menerangkan, konsep tumpang sari juga memiliki tujuan utama untuk menyerap lebih banyak karbon, meningkatkan biodiversitas, sekaligus meningkatkan kesejahteraan para petani.

“Bonusnya adalah mengurangi aliran air permukaan dan efek gas rumah kaca, meningkatkan keanekaragaman hayati dan konservasi air, dan memperbaiki kesehatan tanah,” ujarnya.

Hingga kini, Nestlé Indonesia yang bermitra dengan GIZ telah memberikan pendampingan kepada para petani kopi binaan untuk belajar mengelola kebunnya sebagai suatu bisnis.

Nestlé Indonesia dan GIZ juga mengajarkan sistem perkebunan kopi tumpang sari untuk membantu petani meningkatkan pendapatannya.

Setidaknya terdapat 55 kebun percontohan yang berhasil dibangun bersama para petani dan memberikan hasil yang menggembirakan.

Manfaat Tumpang Sari untuk Keanekaragaman Hayati

 

Tumpang sari merupakan strategi pertanian yang menerapkan keberagaman tanaman dalam satu lahan pertanian. Dalam konteks perkebunan kopi, lahan juga digunakan untuk menanam tanaman-tanaman lain yang dapat hidup berdampingan dengan tanaman kopi. Untuk lebih jelasnya, simak pemaparan berikut:

1. Perlindungan Tanaman Kopi

Tanaman lain yang dibudidayakan bersama kopi dapat berfungsi sebagai pelindung alami, seperti menolak hama atau menarik serangga yang menguntungkan.

Sebagai contoh, tanaman pisang yang tinggi dapat memberikan naungan untuk tanaman kopi dari sinar matahari yang berlebihan.

2. Peningkatan Kesuburan Tanah

Tumpang sari dapat membantu penciptaan ekosistem tanah yang lebih kaya dan seimbang. Sebab, tanaman yang beragam mengambil nutrisi dari tanah dalam cara yang berbeda. Hal ini mengurangi risiko penurunan kualitas tanah yang disebabkan penanaman tunggal.

Selain itu, suatu jenis tanaman dapat bermanfaat bagi jenis tanaman lain. Misalnya, tanaman kacang polong mampu memperbaiki nitrogen dalam tanah yang dibutuhkan spesies tanaman lain.

3. Diversifikasi Hasil Pertanian

Seperti disebutkan di atas, dengan adanya tanaman lain di sekitar kebun kopi, petani tidak hanya mengandalkan satu jenis hasil pertanian sehingga mampu memberikan penghasilan tambahan.

Selain itu, diversifikasi dapat berfungsi sebagai pestisida alami yang mampu membantu tanaman dalam mengurangi risiko serangan hama atau penyakit pada tanaman kopi dan ikut menambah unsur hara pada lahan.

4. Efisiensi Sumber Daya

Sumber daya alam, seperti curah hujan, sinar matahari, suhu, hingga kelembaban yang digunakan berbagai tanaman dapat membantu tanaman tumbuh lebih maksimal.

Selain itu, penggunaan pupuk juga lebih dapat efisien karena konsep diversifikasi tanaman dapat memberikan pupuk secara langsung untuk pertumbuhan beberapa tanaman secara langsung.

5. Penghasilan Lebih Besar

Rata-rata petani Indonesia memiliki lahan yang tergolong kecil. Di sisi lain, konsep tumpang sari dapat memberikan opsi penghasilan tambahan bagi petani karena telah menanam jenis tanaman lainnya di lahan yang sama.

Sebagai contoh, petani kopi konvensional melakukan panen 2-3 kali dalam setahun. Namun, setelah menggunakan intercropping, petani dapat melakukan panen beberapa jenis tanaman lain di antara panen-panen kopi.

Tanaman Tumpang Sari di Perkebunan Kopi

Tumpang sari tidak hanya menjaga keberlanjutan produksi kopi, tetapi juga mendukung pelestarian keanekaragaman hayati serta juga mendukung peningkatan kesejahteraan petani. Berikut beberapa tanaman yang dapat menjadi pendamping kopi.

1. Jahe

Jahe dan kopi dapat saling menguntungkan, seperti menggemburkan tanah hingga memberikan rasa tersendiri. Sebagai contoh, jahe yang ditanam di kebun kopi gayo dapat memiliki rasa yang khas.

2. Pisang

Pisang adalah salah satu tanaman yang sering dikombinasikan dengan kopi. Selain memberikan naungan dari sinar matahari, pisang juga mengandung nutrisi yang dapat memperkaya tanah.

3. Alpukat

Alpukat menjadi pasangan ideal untuk kopi karena tumbuh dengan baik di kondisi yang mirip. Selain itu, alpukat dapat memberikan perlindungan alami untuk tanaman kopi dan menciptakan ekosistem yang sehat.

4. Cabai

Alternatif lain untuk metode tumpang sari di kebon kopi adalah tanaman cabai. Tidak hanya membantu meningkatkan kesuburan lahan, nilai ekonomi tanaman cabai juga bisa meningkatkan keuntungan bagi petani saat masa panen.

Program Tumpang Sari Nestlé Hingga Hari ini

Nestlé Indonesia melalui tim Coffee Agronomist Nestlé memanfaatkan pengetahuan lokal untuk mengembangkan dua model tumpang sari kopi yang memperkuat penghidupan petani dan meningkatkan kualitas bentang alam kebun kopi di Kabupaten Tanggamus, Lampung.

Tim Coffee Agronomist akan mempromosikan tumpang sari kopi sebagai model praktik pertanian regeneratif untuk mencapai target Net Zero Nestlé dalam lima tahun ke depan.

Head of Sustainable Agri Nestlé Indonesia Syahrudi mengatakan, produktivitas beberapa komoditas perkebunan, termasuk kopi, terancam menghilang karena tidak memenuhi harapan para petani.

“Kami berharap para petani merasa secure dengan apa yang dipunya. Sehingga tidak melakukan ekspansi atau merambah ke lahan lain, tetapi melakukan intensifikasi. Artinya, saat para petani merasa secure dengan income di luas lahan yang sama, maka kopi akan tetap ada,” ujarnya.

Dia menjelaskan, selain menyediakan demoplot dan pelatihan tentang praktik pertanian yang baik dan berkelanjutan untuk mengoptimalkan produktivitas biji kopi, Nestlé juga mendistribusikan bibit kopi unggul dan bibit tanaman lain yang disebut program Forestry Pillar.

Syahrudi menyebutkan, hingga kini penyerapan program Forestry Pillar atau yang sudah mulai melakukan intercropping adalah sekitar 3.000-4.000 petani.

Harapannya, kolaborasi Nestlé dan petani binaan mengoptimalkan program tumpang sari di Forestry Pillar akan meningkatkan keanekaragaman hayati dan meningkatkan profit usaha tani di Kabupaten Tanggamus, Lampung.