Sorry, you need to enable JavaScript to visit this website.
Sort by
Sort by

Target 2025: Upaya Pemerintah Turunkan Angka Stunting Hingga 18% - Simak Data Terbaru!

Target 2025_Upaya Pemerintah Turunkan Angka Stunting Hingga 18%_Simak Data Terbaru

Indonesia tengah gencar berjuang melawan stunting, sebuah kondisi yang mengancam masa depan generasi. Stunting menjadi prioritas nasional karena dampaknya yang merugikan, tidak hanya bagi individu tetapi juga bagi kemajuan bangsa. Pada tahun 2023, prevalensi stunting di Indonesia tercatat sebesar 21,5%, sedikit menurun dari 21,6% pada tahun 2022. Pemerintah menargetkan angka stunting turun hingga 18% pada tahun 2025 higga 14,2% di tahun 2029. Sebuah target ambisius yang membutuhkan upaya bersama dari seluruh elemen masyarakat.

Tapi, apa sebenarnya stunting itu? Mengapa begitu penting untuk dicegah? Dan bagaimana kita bisa berkontribusi dalam upaya cegah stunting? Mari kita ulas selengkapnya dalam artikel ini!

Apa Itu Stunting pada Anak?

Stunting adalah masalah gizi kronis yang mempengaruhi pertumbuhan anak. Kondisi ini terjadi akibat kekurangan gizi dalam jangka panjang dan infeksi berulang, terutama pada 1.000 hari pertama kehidupan (HPK). Kondisi ini ditandai dengan tinggi badan anak yang terlalu pendek dibandingkan usia sebayanya.

Stunting bersifat irreversible, artinya dampak stunting bersifat permanen dan tidak dapat diubah ketika anak telah melewati usia 2 tahun. Oleh karena itu, cegah stunting sejak dini, yaitu sejak masa kehamilan hingga anak berusia 2 tahun.

Penyebab Stunting pada Anak

Stunting bukanlah kondisi yang timbul dari satu penyebab tunggal, melainkan merupakan hasil dari berbagai faktor yang saling berkaitan dan mempengaruhi satu sama lain. Berikut beberapa penyebab utama stunting:

1. Kurangnya Asupan Gizi

  • Kekurangan gizi kronis: Asupan nutrisi yang tidak memadai secara terus-menerus, terutama pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), merupakan penyebab utama stunting. Beberapa contoh n  utrisi penting yang dibutuhkan antara lain:

      o    Protein: Protein yang diutamakan adalah protein dengan sumber hewani, seperti daging, ikan, telur, susu, kacang-     kacangan.
      o    Zat besi: Untuk pembentukan hemoglobin. Sumber: Daging merah, hati, bayam.
      o    Zinc: Untuk sistem kekebalan tubuh. Sumber: Daging, seafood, kacang-kacangan.

  • Pola makan yang tidak seimbang: Konsumsi makanan yang tinggi karbohidrat tapi rendah protein, vitamin, dan mineral juga dapat menyebabkan stunting. Contohnya, memberi makan anak hanya dengan nasi tanpa lauk pauk yang cukup dan bergizi seimbang.
  • Praktik pemberian makan yang buruk: Misalnya, menyapih anak terlalu dini, tidak memberikan MPASI yang tepat waktu dan bergizi, atau memberikan makanan yang tidak sesuai dengan usia anak.

2. Infeksi Berulang

  • Diare: Infeksi usus yang menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan, sehingga mengganggu penyerapan nutrisi.
  • ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut): Infeksi pada saluran pernapasan, seperti batuk dan pilek, dapat mengurangi nafsu makan anak dan mengganggu pertumbuhan.
  • Cacingan: Parasit cacing dalam usus menyerap nutrisi yang seharusnya diserap oleh tubuh anak, sehingga menyebabkan malnutrisi.
  • Infeksi lainnya: Tuberkulosis, campak, dan malaria juga dapat meningkatkan risiko stunting.

3. Faktor Perilaku dan Lingkungan

  • Sanitasi yang buruk: Lingkungan yang kotor, kurangnya akses air bersih, dan kebiasaan hidup yang tidak higienis meningkatkan risiko infeksi pada anak.
  • Pola asuh yang tidak tepat: Kurangnya pengetahuan orang tua tentang gizi, stimulasi, dan perawatan kesehatan anak dapat meningkatkan risiko stunting.
  • Akses terbatas pada layanan kesehatan: Kurangnya akses ke fasilitas kesehatan, imunisasi, dan pemeriksaan kesehatan rutin dapat meningkatkan risiko stunting.
  • Kemiskinan: Keluarga miskin sering kali memiliki akses terbatas pada makanan bergizi, air bersih, dan layanan kesehatan, sehingga anak-anak mereka lebih rentan terhadap stunting.
  • Merokok: Merokok dapat memberikan efek signifikan terhadap perkembangan anak, salah satunya adalah meningkatnya risiko stunting. Bahan kimia berbahaya dalam asap rokok, seperti nikotin dan karbon monoksida, dapat mengganggu aliran darah dan oksigen ke plasenta selama masa kehamilan, sehingga menghambat pertumbuhan janin. Tidak hanya itu, efek jangka panjang dari paparan asap rokok juga tidak kalah berbahaya. Anak-anak yang terpapar asap rokok memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami penyakit kronis di masa dewasa, seperti penyakit jantung, stroke, dan berbagai jenis kanke

Gejala Stunting pada Anak

Gejala stunting tidak selalu terlihat jelas pada awal kehidupan. Namun, seiring bertambahnya usia, beberapa gejala stunting yang dapat diamati antara lain:

  • Tinggi badan anak lebih pendek dibandingkan anak seusianya.
  • Anak sulit berkonsentrasi, memiliki daya ingat yang lemah, dan kesulitan belajar.
  • Anak mudah sakit dan rentan terhadap infeksi.
  • Anak yang mengalami stunting memiliki risiko lebih tinggi terkena penyakit kronis di kemudian hari, seperti diabetes, penyakit jantung, dan obesitas.

Cara Cegah Stunting pada Anak di Bawah Usia 5 Tahun

Mencegah stunting adalah investasi penting bagi masa depan anak dan bangsa. Berikut beberapa cara cegah stunting pada anak di bawah usia 5 tahun:

1. Penuhi Kebutuhan Gizi Ibu Hamil

  • Pastikan asupan gizi Anda seimbang dengan mengkonsumsi makanan yang mengandung cukup protein, karbohidrat, lemak, vitamin, dan mineral. Gizi seimbang penting untuk mendukung fungsi tubuh dan menjaga kesehatan secara optimal saat masa kehamilan.
  • Konsumsi tablet tambah darah secara teratur untuk mencegah anemia.
  • Selama masa kehamilan, ibu hamil disarankan untuk melakukan pemeriksaan kehamilan minimal 6 kali.

2. Berikan ASI Eksklusif

  • Berikan ASI saja kepada bayi selama 6 bulan pertama kehidupannya. ASI mengandung semua nutrisi yang dibutuhkan bayi untuk tumbuh dan berkembang dengan optimal.
  • Setelah 6 bulan, lanjutkan pemberian ASI hingga anak berusia 2 tahun, bersamaan dengan pemberian Makanan Pendamping ASI (MPASI) yang bergizi.

3. Berikan MPASI yang Bergizi

  • Mulai berikan MPASI pada anak usia 6 bulan dengan tekstur yang disesuaikan dengan usia anak.
  • Berikan MPASI yang bervariasi dan mengandung sumber protein hewani dan nabati, karbohidrat, lemak baik, serta sayur dan buah.
  • Hindari memberikan makanan instan dan makanan yang mengandung gula berlebih pada anak.

4. Jaga Kebersihan dan Kesehatan Lingkungan

  • Biasakan cuci tangan pakai sabun sebelum menyiapkan makanan, sebelum makan, dan setelah buang air untuk mencegah penyebaran kuman dan bakteri.
  • Pastikan anak mendapatkan imunisasi lengkap sesuai jadwal untuk melindunginya dari berbagai penyakit berbahaya.
  • Jaga k/ebersihan lingkungan rumah dan sekitarnya, seperti membuang sampah pada tempatnya dan membersihkan genangan air, untuk mencegah penularan penyakit.

5. Pantau Tumbuh Kembang Anak Secara Berkala

  • Bawa anak ke posyandu atau dokter untuk memantau pertumbuhan dan perkembangannya secara berkala.
  • Jika terdapat tanda-tanda stunting, segera konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat.

Mencegah stunting adalah tanggung jawab kita bersama. Dengan upaya bersama dari pemerintah, tenaga kesehatan, dan seluruh masyarakat, kita optimis dapat menurunkan angka stunting di Indonesia dan mewujudkan generasi yang sehat, cerdas, dan berkualitas. Mari kita pantau kesehatan anak dan berikan gizi yang lengkap dan seimbang agar mereka tumbuh kembang secara optimal dan terhindar dari stunting.