Sort by
Sort by

Pakar: Perlu Upaya Kolaboratif Untuk Meningkatkan Keberkelanjutan

Ke daftar Siaran Pers
Jakarta

Nestlé Indonesia CSV Forum 2014: Pakar: Perlu upaya kolaboratif untuk meningkatkan keberkelanjutan

Jakarta, 18 Februari 2014 – Saatnya bagi para pemimpin bisnis, organisasi masyarakat, pemerintah, dan akademisi di Indonesia untuk bersama-sama meningkatkan upaya dalam praktik-praktik pertanian berkelanjutan dan keberlanjutan air yang merupakan satu-satunya jalan untuk menjamin keberlanjutan lingkungan serta ketahanan pangan, ujar para pakar dalam Nestlé Indonesia Creating Shared Value (CSV) Forum 2014 di Jakarta hari ini.

Para pakar mengidentifikasi pelestarian air dan praktik pertanian berkelanjutan sebagai isu keberlanjutan yang paling mendesak untuk diatasi di Indonesia guna memastikan keberlanjutan lingkungan dan ketahanan pangan ditengah semakin meningkatnya populasi, kesejahteraan, urbanisasi serta dampak perubahan iklim.

"Kami menyadari bahwa banyak upaya-upaya praktik berkelanjutan sudah dilakukan dengan baik di Indonesia, namun hal tersebut tidak cukup untuk menyokong pertumbuhan negara dalam beberapa tahun ke depan," kata Presiden Direktur Nestlé Indonesia Arshad Chaudhry dalam forum tersebut.

"Saya percaya bahwa tantangan tersebut hanya bisa dihadapi jika semua pemangku kepentingan saling bahu-membahu dan melakukan tindakan nyata," lanjutnya. "Tidak ada pihak manapun yang mampu mengatasi masalah tersebut sendirian. Sebuah upaya bersama untuk mencapai keberlanjutan adalah solusinya."

Seperti yang dinyatakan oleh Presiden Indonesia Global Compact Network (IGCN) Y. W. Junardy dalam Laporan CSV Nestlé Indonesia 2013: "Setiap tahun, pasokan air bersih kita menurun hingga 15 sampai 35% per kapita. Menurut USAID, hampir 100 persen dari sumber daya air kita telah terkontaminasi bakteri E. coli dan Coliform. "Target dari Tujuan-tujuan Pembangunan Millenium adalah agar 68% penduduk Indonesia memiliki akses terhadap air bersih dan sanitasi kesehatan pada tahun 2015, katanya, sementara saat ini hanya 52% yang memiliki akses tersebut."

John Elkington, seorang pakar terkemuka di bidang tanggung jawab perusahaan dan pembangunan berkelanjutan mengatakan, "Kita semua tentu sadar bahwa perekonomian global telah mendekati batas ketersediaan sumber daya alam, sementara populasi dunia terus tumbuh berlipat-lipat.” John Elkington melanjutkan, "Cara terbaik untuk menyikapinya adalah dengan bersama-sama mengambil langkah besar menuju tatanan ekonomi baru yang menggabungkan aspek lingkungan, sosial dan pemerintah melalui model bisnis berkelanjutan."

Arshad Chaudhry juga mengatakan bahwa meskipun sudah banyak perusahaan yang menyadari kebutuhan akan praktik-praktik berkelanjutan dan melakukannya, namun masih sulit bagi mereka untuk mengembangkannya dalam skala yang lebih besar.

"Di Nestlé, kami percaya bahwa agar perusahaan dapat sukses dan menciptakan manfaat untuk para pemegang saham, perusahaan juga perlu menciptakan manfaat bagi masyarakat. Inilah yang kami maksudkan dengan menciptakan manfaat bersama atau 'Creating Shared Value'. Ini telah menjadi salah satu hal mendasar bagi Nestlé dalam melakukan kegiatan bisnisnya selama 147 tahun terakhir," kata Arshad Chaudhry. "Dalam jangka panjang, masyarakat yang sehat, ekonomi yang sehat dan prestasi perusahaan yang sehat akan saling mempengaruhi."

Panel pertama dari forum ini membahas tentang pentingnya praktik-praktik pertanian yang berkelanjutan bagi pembangunan pedesaan dan upaya peningkatan berkelanjutan. Meningkatnya produktivitas dan kualitas produksi dapat turut membantu untuk meningkatkan kesejahteraan para petani dan meningkatkan kegiatan perekonomian di pedesaan. Hingga tahun 2012, Nestlé telah bekerja sama dengan 50.000 petani susu, kopi, dan kakao dalam memberikan bantuan teknis maupun finansial sehingga mereka dapat memanfaatkan lahan, air, pupuk dan pestisida dengan cara-cara yang tetap menjaga kelestarian lingkungan.

Panel kedua menekankan pada keberlanjutan air dan menggarisbawahi pentingnya mengatasi permasalahan air global. "Di Nestlé, kami berkomitmen untuk menjaga keberlanjutan air di sepanjang mata rantai usaha kami dengan cara menghemat penggunaan air, mengelola kualitas air limbah, dan secara aktif mencari berbagai cara dan usaha untuk melestarikan air. Upaya ini berhasil menurunkan penggunaan air sekitar 13% produksi per ton pada 2010 hingga 2012. Teknologi yang digunakan juga memungkinkan kita menggunakan kembali air untuk membersihkan alat dan menyalurkan air limbah untuk mengairi sawah di sekitar area pabrik," kata Arshad Chaudhry.

Dukungan aktif Nestlé dalam menjaga keberlanjutan air dapat dibuktikan melalui keterlibatan perusahaan dalam CEO Water Mandate Working Group of the UN Global Compact – Indonesia network. Dukungan aktif kami dalam pelestarian air dibuktikan dengan penggunaan air yang efisien di pabrik-pabrik kami, dan para karyawan kami ikut membuat lubang biopori dan menanam ribuan pohon untuk penyerapan air hujan yang lebih baik. "Sangat penting bagi kami untuk membantu masyarakat mendapatkan akses air bersih melalui kegiatan menciptakan manfaat bersama (creating shared value) kami, dan pada saat yang bersamaan menciptakan kesadaran akan pentingnya keberlanjutan air," Arshad Chaudhry menyimpulkan.

Laporan CSV Nestlé Indonesia 2013 juga turut diluncurkan pada forum tersebut. Laporan tahun ini berfokus pada upaya-upaya Nestlé untuk menjaga keberlanjutan lingkungan melalui kegiatan-kegiatan pelestarian dan keberlanjutan air. Laporan lengkapnya dapat diakses di sini: http://www.nestle.co.id/ina/csv/laporan-csv-2013.

 

Untuk informasi lebih lanjut, silakan hubungi:
Nur Shilla Christianto
Head of Corporate Communication
PT Nestlé Indonesia
Tel: +6221 7883 6000 ext. 1510, Fax: +6221 7883 6054
email: [email protected]